BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Difusi Inovasi merupakan suatu proses pengkomunikasiaan inovasi
melalui saluran-saluran teirtentu di kalangan anggota suatu system sosial.
Difusi adalah suatu corak khusus komunikasi, yang pesan-pesannya mengenai
ide-ide baru. Komunikasi adalah proses yang para pesertanya bersicipta dan
bersitukar informasi untuk mencapai kesepakatan bersama. Batasan ini berarti
bahwa adalah proses memadu (atau memisah) karena dua orang atau lebih bertukar
informasi atau bersidekat (atau bersijauh) dalam memakai peristiwa-peristiwa
teretentu.
Model difusi inovasi
yang kemudian banyak digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan.
Pada awalnya ia terinspirasi dari pemikiran seorang sosiolog Perancis, Gabriel
Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve).
Kurva ini menggambarkan bagaimana inovasi diadopsi dengan menggunakan dua
sumbu, sumbu pertama menggambarkan tingkat adopsi sedangkan sumbu yang lainnya
menggambarkan dimensi waktu. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped
diffusion curve is of current importance because “most innovations have an
S-shaped rate of adoption”.
Teori Difusi Inovasi
adalah teori yang menjelaskan proses suatu inovasi disampaikan melalui
saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem
sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu
“as the process by which an innovation is communicated through certain channels
over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa
difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan
penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers
(1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention
or creation to its ultimate users or adopters.”
Lebih lanjut teori yang
dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan
dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain
menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu
inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang
berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup :
1) atribut
inovasi (perceived atrribute of innovasion),
2) jenis
keputusan inovasi (type of innovation decisions),
3) saluran
komunikasi (communication channels),
4) kondisi
sistem sosial (nature of social system), dan
5) peran agen perubah (change agents).
Sementara itu tahapan
dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1. Tahap
Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil
keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat
dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.
2. Tahap
Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan
lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.
3. Tahap
Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi
atau penolakan sebuah inovasi.
4. Tahapan
Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5. Tahapan
Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau
penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
Secara
sederhana, teori ini diterapkan dalam kegiatan pelaksanaan kebijakan baru
seperti konversi minyak tanah ke gas. Pemerintah sangat aktif mensosialisasikan
betapa bermanfaatnya peralihan penggunaan bahan bakar ini bahkan menyediakan
tabung gas berukuran 3,5 kg dengan harga terjangkau. Akan tetapi kebijakan ini
tidak begitu mendapat respon positif karena adanya aspek sosial budaya
masyarakat indonesia yang diabaikan bahkan kebijakan ini cenderung salah
sasaran.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
pengertian dari proses keputusan inovasi?
2.
Apa
pengertian dari proses keputusan inovasi opsional, keputusan inovasi kolektif, dan keputusan inovasi otoritas dan perubahan
organisasional ?
C.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari proses
inovasi.
2. Untuk mengetahui dari proses keputusan inovasi
opsional, keputusan inovasi kolektif, dan keputusan inovasi otoritas dan
perubahan organisasional.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang di buat oleh
seseorang.jika ia menerima (mengadopsi) inovasi, dia mulai menngunakan ide
baru, praktek ide yang digantikan oleh inovasi itu. Keputusan inovasi adalah
proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil
keputusan untuk menerima atau menolaknya dan mengukuhkannya. Keputusan inovasi
merupakan suatu tipe pengambilan keputusan yang khas, keputusan ini mempuyai ciri-ciri
tersendiri yang tak diketemukan dalam situasi pembuatan keputusan yang lainnya.
Dalam kasus inovasi, seseorang harus memilih alternative baru setelah inovasi
itu ada. Kebaruan alternative itulah yang menjadi aspek pembeda.
Ada beberapa tipe keputusan inovasi,
yaitu :
1)
Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan
kepada seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan.
2)
Keputusan individual, yaitu keputusan di mana individu
yang bersangkutan ambil peranan dalam pembuatannya.
Keputusan individual ini ada dua macam :
1)
keputusan opsional yakni keputusan yang dibuat oleh
seseorang, terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem.
2)
Keputusan kolektif yakni keputusan yang dibuat oleh
individu-individu yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus.
Sebagai
tambahan dari ketiga tipe keputusan di atas, ada keputusan yang di sebut
keputusan kontingen, yakni pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi
setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Misalnya,keputusan untuk
mengadopsi metode mengajar baru dapat dilakukan setelah ada keputusan kolektif.
Tetapi keputusan kontingen itu bisa merupakan kombinasi dari dua atau lebih
keputusan inovasi.
B. PENGERTIAN
DARI KEPUTUSAN OPSIONAL, KEPUTUSAN KOLEKTIF dan KEPUTUSAN OTORITAS.
I. Pengertian Keputusan Opsional :
Pandangan
tradisional mengenai proses keputusan inovasi, yang disebut “proses adopsi”, di
kemukakan komisi ahli-ahli sosiologi pedesaan pada tahun 1955. Proses itu
terdiri dari 5 tahap :
a) Tahap
Kesadaran, di mana seseorang mengetahui adanya ide-ide baru tetapi kekurangan
informasi mengetahui hal itu.
b) Tahap
Menaruh Minat, di mana seseorang mulai menaruh minat terhadap
inovasi dan mencari informasi lebih banyak mengenai inovasi tersebut.
c) Tahap
Penilaian, di mana seseorang mengadakan penilaian terhadap ide
baru yang dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini dan masa
mendatang dan menentukan mencobanya atau tidak.
d) Tahap
Pencobaan, di mana seseorang menerapkan ide-ide baru itu dalam
skala kecil untuk menentukan kegunaannya, apakah sesuai dengan situasi dirinya
e)
Tahap Penerimaan, (adopsi) di mana seseorang
menggunakan ide baru itu secara tetap dalam skala yang luas.
Konseptualisasi proses adopsi ini telah dipakai dan di uji oleh para
peneliti diffusi. Tetapi akhir-akhir ini dikemukakan kritik terhadap model ini
bahwa prosesnya terlalu disederhanakan. Di antara banyak kekurangannya ialah :
1) Model itu
menyatakan bahwa proses tersebut berakhir dengan keputusan untuk
mengadopsi, sedangkan kenyataanya mungkin saja hasil akhirnya adalah penolakan.
Karena itu diperlukan istilah yang lebih luas dari “proses adopsi” sehingga
dapat mencakup keputusan untuk menerima atau menolak.
2) Lima tahap
itu tidak selalu terjadi pada hal-hal tertentu dan mungkin beberapa diantaranya
dilewatkan, misalnya tahap pencobaan. Penilaian biasanya terjadi pada
keseluruhan proses, tidak hanya pada salah satu tahap saja.
3) Proses itu
jarang berakhir dengan adopsi. Biasanya proses itu masih berlanjut dengan
pencarian informasi untuk memperkuat atau mengukuhkan keputusan yang telah
dibuatnya. Atau mungkin seseorang berubah haluan dari menerima menjadi menolak
dan juga sebaliknya.
Tipe-tipe Pengetahuan
Ada tiga tipe pengetahuan dalam tahap pengenalan inovasi, yaitu kesadaran/pengetahuan
mengenai adanya inovasi, pengetahuan “teknis” dan pengetahuan “prinsip”. Tipe
yang pertama yakni pengetahuan kesadaran akan adanya inovasi yang telah
dibicarakan di atas. Tipe yang kedua, meliputi informasi yang diperlukan
mengenai cara pemakaian atau penggunaan suatu informasi. Tipe pengetahuan yang
ketiga adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip berfungsinya suatu informasi.
Konsistensi Antara Pengenalan dan Tingkah Laku
Sikap terhadap inovasi sering kali merupakan jembatan yang mengentarai tahap
pengenalan dengan tahap keputusan. Seseorang tidak akan berusaha mengenal ide
baru jika informasi tidak relevant baginya, dan jika demikian halnya maka orang
tersebut tidak akan mencari informasi lebih lanjut sehingga dapat tercapai
persuasi.
Tahap Persuasi
Pada tahap persuasi, seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan
terhadap inovasi. Jika aktifitas mental pada tahap pengenalan terutama adalah
berlangsungnya fungsi kognitif, aktifitas mental pada tahap persuasi yang utama
adalah afektif (perasaan)
Tahap Keputusan
Pada tahap ini, seseorang terpilih dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan
untuk menerima atau menolak inovasi. Sebetulnya seluruh proses keputusan
inovasi merupakan serangkaian pemilihan pada setiap tahapnya.
Tahap Konfirmasi
Bukti-bukti penelitian empiris yang diperoleh oleh para peneliti menunjukkan
bahwa proses keputusan inovasi itu tidak berakhir setelah orang mengambil
keputusan untuk menerima atau menolak inovasi.
Dissonansi Tindakan
Sebagian perubahan tingkah laku manusia terjadi karena adanya
ketidakselarasan atau ketidakseimbangan internal, suatu kenyataan psikologis
yang tak menyenangkan sehingga seseorang mengurangi atau menghilangkannya. Jika
seseorang merasakan adanya ketidakselarasan (dissonansi) ini, biasanya ia
terdorong untuk mengurangi keadaan ini dengan jalan merubah pengetahuaan, sikap
atau tindakan-tindakannya.
Diskontinuansi
Diskontinuansi adalaah keputusan seeorang untuk menghentikan penggunaan
inovasi setelah sebelumnya mengadopsi. Ada dua macam diskontinuansi :
1)
keputusan untuk menghentikan penggunaan suatu inovasi
karena ia menerima ide baru yang lebih baik menurut pandangannya.
2)
keputusan untuk mogok sebagai akibat dari
ketidakpuasan terhadap hasil inovasi.
Tipe-tipe sikap
Ada dua tindakan sikap, yaitu sikap khusus terhadap inovasi dan sikap umum
terhadap perubahan. Sikap khusus terhadap inovasi adalah berkenaan atau
tidaknya seseorang, percaya atau tidaknya seseorang terhadap kegunaan suatu
inovasi bagi dirinya sendiri. Sikap khusus itu menjebatani antara suatu inovasi
dengan inovasi lainnya.
Konsistensi sikap dan tingkah laku
Kita harus ingat bahwa terbentuknya sikap tidak otomatis menyebabkan
seseorang mengambil keputusan untuk mengadopsi untuk menolak. Namun demikian
ada kecenderungan orang untuk lebih menyelaraskan sikap dan tingkah laku. Jika
terdapat perbedaan antara sikap seseorang terhadap inovasi dengan keputusan
yang di buatnya, maka terjadilah dissonansi inovasi.
II.
Pengertian
Keputusan Kolektif.
Keputusan
inovasi kolektif adalah keputusan untuk menerima atau menolak inovasi yang
dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus.
Proses ini melibatkan lebih banyak individu. Pengambilan keputusan inovasi
kolektif ini prosesnya lebih panjang atau banyak memakan waktu.
Tahap-tahap dalam proses keputusan
inovasi kolektif
1)
Stimulasi, merupakan minat ke arah kebutuhan akan
ide-ide baru.
2)
Inisiasi, yaitu ide-ide baru ke dalam sistem sosial.
3)
Legitimasi, yaitu ide-ide baru yang ditimbulkan oleh
pemegang kekuasaan atau legitimator.
Partisipasi Dalam Keputusan Kolektif
Partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota
sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi tersebut
berhubungan positif dengan kepuasan mereka terhadap keputusan inovasi kolektif.
ini berarti semakin tinggi partisipasi anggota dalam proses pengambilan
keputusan, semakin besar pula tingkat kepuasan mereka terhadap keputusan.
Anggota sistem sosial lebih puas
dengan keputusan kolektif jika mereka merasa terlibat dalam pembuatan keputusan
itu karena. Dengan ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, anggota itu
mengetahui bahwa sebagian besar anggota dalam sistem juga ingin melaksanakan
keputusan itu. Jika seseorang anggota tahu bagaimana dukungan kelompok terhadap
keputusan, dia mungkin menjadi lebih puas. Keputusan untuk menerima atau
menolak lebih sesuai dengan kebutuhan anggota sistem jika mereka ikut ambil
bagian dalam pembuatan keputusan tersebut.
Partisipasi yang luas memungkinkan
para pemuka pendapat di dalam sistem dapat menduga apa yang diinginkan oleh
sebagian besar anggota terhadap keputusan yang akan di ambil. dengan demikian
posisi para pemuka pendapat lebih mantap dan para anggota terdorong untuk
mentaati keputusan dengan rasa puas.
Penerimaan Anggota Terhadap
Keputusan Inovasi Kolektif
Penerimaan
anggota terhadap keputusan inovasi kolektif berhubungan positif dengan tingkat
partisipasi mereka, semakin banyak mereka berpartisipasi dalam proses pembuatan
keputusan kolektif semakin besar penerimaan mereka terhadap keputusan. Penerimaan
anggota terhadap keputusan inovasi kolektif juga berhubungan positif dengan
kohesi anggota dengan sistem sosial. Kohesi adalah tingkat keterikatan anggota
dengan sistem sosial menurut persepsinya sendiri. Orang yang merasa sangat
terikat atau punya ikatan kuat dengan kelompok akan merasa lebih terdorong
untuk merubah kepercayaan atau tingkah lakunya jika kelompok menginginkan.
·
Paradigma Proses Pengambilan Keputusan Inovasi
Kolektif.
1.
Stimulasi
: minat kea rah kebutuhan akan ide-ide baru (oleh stimulator )
2.
Inisiasi :
ide-ide baru ke dalam system sosial (oleh inisiator )
3.
Legitimasi
: ide baru (oleh pemegang kekuasaan atau legitimator)
4.
Keputusan
: untuk melaksanakan penggunaan ide baru (oleh anggota system sosial)
5. Tindakan :
pelaksanaan penerapan ide baru di masyarakat (oleh anggota system sosial.
|
III.
Pengertian
Keputusan Otoritas dan Perubahan Organisasional
Keputusan otoritas adalah keputusan
yang dihasilkan oleh organisasi formal misalnya birokrasi pemerintahan, pabrik,
sekolah dan sebagainya. Proses ini menyangkut penyebaran suatu inovasi ke dalam
suatu organisasi formal yang menyebabkan terjadinya perubahan pada organisasi
tersebut.
Keputusan inovasi otoritas adalah
tekanan terhdap seseorang oleh orang lain yang berada dalam posisi atasan.
Seseorang (unit adopsi) diperintah oleh seseorang yang lebih tinggi
kekuasaannya untuk menerima atau menolak inovasi. Di sini seseorang tidak lagi
bebas menentukan pilihannya dalam proses keputusan inovasi. Jadi struktur
kekuasaan sistem sosial berpengaruh terhadap seseorang agar ia mengikuti
keputusan yang telah diambil oleh atasan.
Ada dua macam unit yang terlibat
dalam proses keputusan otoritas, yaitu :
1)
unit adopsi, yakni seseorang, kelompok atau unit
yang mengadopsi inovasi.
2)
unit pengambil keputusan, yakni
seseorang, kelompok atau unit yang posisi kekuasaannya lebih tinngi dari unit
adopsi dan yang membuat keputusan akhir apakah unit adopsi harus menerima atau
menolak inovasi.
Perbedaan
antara keputusan otoritas dengan keputusan opsional dan kolektif yaitu terletak
pada pengaruh sistem sosial terhadap anggotanya sebagai individu penerima
inovasi. Dalam keputusan opsional hanya sedikit pengaruh sistem sosial etrhadap
keputusan seseorang. Dalam keputusan otoritas pengaruh itu sangat besar,
melalui struktur kekuasaan.
Ciri-ciri
berikut ini membedakan keputusan otoritas dengan bentuk keputusan lainnya :
1)
Seseorang tidak bebas menentukan pilihannya dalam
menerima atau menolak inovasi.
2)
Pembuatan keputusan dan pengadopsiannya dilakukan oleh
orang atau unit yang berbeda.
3)
Unit pengambil keputusan menduduki posisi kekuasaan
lebih tinggi dalam sistem sosial daripada unit adopsi.
4)
Karena hubungan kierarki antara unit pengambil
keputusan dengan unit adopsi, unit pengambil keputusan dapat memaksa unit
adopsi untuk meenyesuaikan diri dengan keputusan.
5)
Keputusan inovasi otoritas lebih sering terjadi dalam
organisasi formal.
Tahap-Tahap Dalam Proses Keputusan Otoritas
a) Tahap
Pengenalan
Ini merupakan tahap paling penting
dalam proses keputusan otoritas. Pada tahap ini pengambil keputusan mengetahui
adanya inovasi. Pengenalan terhadap suatu inovasi itu mungkin karena
dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan. Bawahan kemudian menunggu
persetujuan resmi dari unit pengambil keputusan. Unit pengambil keputusan juga
dapat memperoleh pengetahuan mengenai inovasi dari sumber di luar orgnisasi
seperti konsultan yang memainkan peranan yang menentukan dalam membangkitkan
kebutuhan untuk berubah dalam sistem formal.
b) Tahap
Persuasi
Tahap persuasi ditandai dengan
pencarian informasi lebih banyak lagi termasuk penilaian terhadap biaya,
kelayakan, kemungkinan pelaksanaan, dan sebagainya yang hakikatnya pada tahap
ini organisasi sedang mengadakan suatu percobaan hipotetis.
Jika
dapat menaksir lebih tepat konsekuensi-konsekuensi inovasi, maka akan dapat
lebih baik dalam memutuskan manakah inovasi yang akan diambil dan mana yang
akan dibuang.
c) Tahap
Keputusan
Setelah unit mengambil keputusan
mencari tahu lebih jauh mengenai inovasi itu dan telah menilainya berdasarkan
kemamfaatan yang tampak, kelayakannya dan konsekuensi- konsekuensi yang
diharapkan, pada tahap ini unit menetapkan untuk menerima atau menolak inovasi
itu.
d) Tahap
Komunikasi
Tahap komunikasi merupakan suatu
tahap yang menentukan, karena pengadopsian atau penolakan suatu inovasi tidak
dapat dilaksanakan sebelum ada perintah kepada unit adopsi untuk melaksanakannya.
e) Tahap
Tindakan
Yang dimaksud tindakan dalam hal ini
yaitu tahap dimana penggunaan inovasi mulai dilaksanakan oleh unit adopsi
juga merupakan tahap akhir dalam keputusan inovasi otoritas. Pada tahap ini
akan tampak jelas konsekuensi yang berupa tingkah laku baik itu menyenangkan
maupun mengecewakan.
Seiring dengan berjalannya waktu, ada
kecenderungan seseorang untuk merubah sikap mereka (suka atau tidak suka) yang
tidak cocok dengan tindakan yang dituntut oleh organisasi atau melanjutkan
pengadopsian atau penolakan inovasi tetapi menyelewengkan atau merubah inovasi
itu sedemikian rupa sehingga cocok dengan sikap mereka. Kecenderungan yang
terakhir ini seseorang tetap mempertahankan sikapnya semula.
Pendekatan Dalam Perubahan Organisasional
Konsekuensi dari keputusan inovasi
otoritas adalah terjadinya perubahan-perubahan pada organisasi formal yang
bersangkutan, sehingga jika kita ingin mengadakan perubahan organisasional maka
hal itu dapat dilakukan dengan mengusahakan masuknya inovasi ke dalam sistem
formal itu.
Terdapat
dua pendekatan yang berbeda dalam rangka mencapai perubahan organisasional,
yaitu :
1) Pendekatan
otoritatif, di mana keputusan inovasi dibuat oleh penguasa secara
sepihak.
2) Pendekatan
partisipatif, di mana terdapat interaksi dua arah antara pihak
eksekutif yang memprakarsai perubahan dengan orang-orang yang terkena
perubahan. Kekuasaan untuk membuat keputusan dialokasi kepada pihak yang
terlibat dalam perubahan organisasional sesuai dengan level dalam struktur organisasi,
yang berarti disini ada pendelegasian wewenang, tidak terpusat pada pimpinan
tertinggi.
BAB III
PENUTUP
A. KESUMPULAN
Inovasi (innovation) adalah suatu
ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal
yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi diadakan
untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Difusi didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu
selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat
dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide
baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan
sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
sistem sosial. Jelas disin i bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi.
Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota
sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok
informal, organisasi dan atau sub sistem.
B. SARAN
Dengan adanya
makalah ini kami menyarankan kepada pembaca agar dapat mengetahui proses keputusan inovasi dan beberapa macam
proses keputusan inovasi secara bertahap, sehingga dapat mengarahkan proses keputusan inovasi dan beberapa macam
proses keputusan inovasi secara bertahap. Dan kami menyadari bahwa makalah kami
ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari refrensi untuk itu kami
memerlukan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Rogers M, Everett. 1983. difusi inovasi. New York: The Free Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar