Minggu, 01 Desember 2013

makalah difusi inovasi



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Difusi Inovasi merupakan suatu proses pengkomunikasiaan inovasi melalui saluran-saluran teirtentu di kalangan anggota suatu system sosial. Difusi adalah suatu corak khusus komunikasi, yang pesan-pesannya mengenai ide-ide baru. Komunikasi adalah proses yang para pesertanya bersicipta dan bersitukar informasi untuk mencapai kesepakatan bersama. Batasan ini berarti bahwa adalah proses memadu (atau memisah) karena dua orang atau lebih bertukar informasi atau bersidekat (atau bersijauh) dalam memakai peristiwa-peristiwa teretentu.
Model difusi inovasi yang kemudian banyak digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan. Pada awalnya ia terinspirasi dari pemikiran seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini menggambarkan bagaimana inovasi diadopsi dengan menggunakan dua sumbu, sumbu pertama menggambarkan tingkat adopsi sedangkan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”.
Teori Difusi Inovasi adalah teori yang menjelaskan proses suatu inovasi disampaikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup :
1)      atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion),
2)      jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions),
3)      saluran komunikasi (communication channels),
4)      kondisi sistem sosial (nature of social system), dan
5)       peran agen perubah (change agents).
Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1.      Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.
2.      Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.
3.      Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.
4.      Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5.      Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
Secara sederhana, teori ini diterapkan dalam kegiatan pelaksanaan kebijakan baru seperti konversi minyak tanah ke gas. Pemerintah sangat aktif mensosialisasikan betapa bermanfaatnya peralihan penggunaan bahan bakar ini bahkan menyediakan tabung gas berukuran 3,5 kg dengan harga terjangkau. Akan tetapi kebijakan ini tidak begitu mendapat respon positif karena adanya aspek sosial budaya masyarakat indonesia yang diabaikan bahkan kebijakan ini cenderung salah sasaran.


           
B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari proses keputusan inovasi?
2.      Apa pengertian dari proses keputusan inovasi opsional, keputusan inovasi  kolektif, dan keputusan inovasi otoritas dan perubahan organisasional ?

C.      TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian dari proses inovasi.
2.      Untuk mengetahui dari proses keputusan inovasi opsional, keputusan inovasi kolektif, dan keputusan inovasi otoritas dan perubahan organisasional.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang di buat oleh seseorang.jika ia menerima (mengadopsi) inovasi, dia mulai menngunakan ide baru, praktek ide yang digantikan oleh inovasi itu. Keputusan inovasi adalah proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya dan mengukuhkannya. Keputusan inovasi merupakan suatu tipe pengambilan keputusan yang khas, keputusan ini mempuyai ciri-ciri tersendiri yang tak diketemukan dalam situasi pembuatan keputusan yang lainnya. Dalam kasus inovasi, seseorang harus memilih alternative baru setelah inovasi itu ada. Kebaruan alternative itulah yang menjadi aspek pembeda.
Ada beberapa tipe keputusan inovasi, yaitu :
1)      Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan.
2)      Keputusan individual, yaitu keputusan di mana individu yang bersangkutan ambil peranan dalam pembuatannya.
Keputusan individual ini ada dua macam :
1)      keputusan opsional yakni keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem.
2)      Keputusan kolektif yakni keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus.
                       Sebagai tambahan dari ketiga tipe keputusan di atas, ada keputusan yang di sebut keputusan kontingen, yakni pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Misalnya,keputusan untuk mengadopsi metode mengajar baru dapat dilakukan setelah ada keputusan kolektif. Tetapi keputusan kontingen itu bisa merupakan kombinasi dari dua atau lebih keputusan inovasi.
                   


B.  PENGERTIAN DARI KEPUTUSAN OPSIONAL, KEPUTUSAN KOLEKTIF dan KEPUTUSAN OTORITAS.
I.   Pengertian Keputusan Opsional :
                 Pandangan tradisional mengenai proses keputusan inovasi, yang disebut “proses adopsi”, di kemukakan komisi ahli-ahli sosiologi pedesaan pada tahun 1955. Proses itu terdiri dari 5 tahap :
a)      Tahap Kesadaran, di mana seseorang mengetahui adanya ide-ide baru tetapi kekurangan informasi mengetahui hal itu.
b)      Tahap Menaruh Minat, di mana seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih banyak mengenai inovasi tersebut.
c)      Tahap Penilaian, di mana seseorang mengadakan penilaian terhadap ide baru yang dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini dan masa mendatang dan menentukan mencobanya atau tidak.
d)     Tahap Pencobaan, di mana seseorang menerapkan ide-ide baru itu dalam skala kecil untuk menentukan kegunaannya, apakah sesuai dengan situasi dirinya
e)      Tahap Penerimaan, (adopsi) di mana seseorang menggunakan ide baru itu secara tetap dalam skala yang luas.
Konseptualisasi proses adopsi ini telah dipakai dan di uji oleh para peneliti diffusi. Tetapi akhir-akhir ini dikemukakan kritik terhadap model ini bahwa prosesnya terlalu disederhanakan. Di antara banyak kekurangannya ialah :
1)      Model itu menyatakan  bahwa proses tersebut berakhir dengan keputusan untuk mengadopsi, sedangkan kenyataanya mungkin saja hasil akhirnya adalah penolakan. Karena itu diperlukan istilah yang lebih luas dari “proses adopsi” sehingga dapat mencakup keputusan untuk menerima atau menolak.
2)      Lima tahap itu tidak selalu terjadi pada hal-hal tertentu dan mungkin beberapa diantaranya dilewatkan, misalnya tahap pencobaan. Penilaian biasanya terjadi pada keseluruhan proses, tidak hanya pada salah satu tahap saja.
3)      Proses itu jarang berakhir dengan adopsi. Biasanya proses itu masih berlanjut dengan pencarian informasi untuk memperkuat atau mengukuhkan keputusan yang telah dibuatnya. Atau mungkin seseorang berubah haluan dari menerima menjadi menolak dan juga sebaliknya.


            Tipe-tipe Pengetahuan
            Ada tiga tipe pengetahuan dalam tahap pengenalan inovasi, yaitu kesadaran/pengetahuan mengenai adanya inovasi, pengetahuan “teknis” dan pengetahuan “prinsip”. Tipe yang pertama yakni pengetahuan kesadaran akan adanya inovasi yang telah dibicarakan di atas. Tipe yang kedua, meliputi informasi yang diperlukan mengenai cara pemakaian atau penggunaan suatu informasi. Tipe pengetahuan yang ketiga adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip berfungsinya suatu informasi.
            Konsistensi Antara Pengenalan dan Tingkah Laku
            Sikap terhadap inovasi sering kali merupakan jembatan yang mengentarai tahap pengenalan dengan tahap keputusan. Seseorang tidak akan berusaha mengenal ide baru jika informasi tidak relevant baginya, dan jika demikian halnya maka orang tersebut tidak akan mencari informasi lebih lanjut sehingga dapat tercapai persuasi.
Tahap Persuasi
            Pada tahap persuasi, seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi. Jika aktifitas mental pada tahap pengenalan terutama adalah berlangsungnya fungsi kognitif, aktifitas mental pada tahap persuasi yang utama adalah afektif (perasaan)
Tahap Keputusan
            Pada tahap ini, seseorang terpilih dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi. Sebetulnya seluruh proses keputusan inovasi merupakan serangkaian pemilihan pada setiap tahapnya.
Tahap Konfirmasi
            Bukti-bukti penelitian empiris yang diperoleh oleh para peneliti menunjukkan bahwa proses keputusan inovasi itu tidak berakhir setelah orang mengambil keputusan untuk menerima atau menolak inovasi.
Dissonansi Tindakan
Sebagian perubahan tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakselarasan atau ketidakseimbangan internal, suatu kenyataan psikologis yang tak menyenangkan sehingga seseorang mengurangi atau menghilangkannya. Jika seseorang merasakan adanya ketidakselarasan (dissonansi) ini, biasanya ia terdorong untuk mengurangi keadaan ini dengan jalan merubah pengetahuaan, sikap atau tindakan-tindakannya.

Diskontinuansi
Diskontinuansi adalaah keputusan seeorang untuk menghentikan penggunaan inovasi setelah sebelumnya mengadopsi. Ada dua macam diskontinuansi :
1)      keputusan untuk menghentikan penggunaan suatu inovasi karena ia menerima ide baru yang lebih baik menurut pandangannya.
2)      keputusan untuk mogok sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap hasil inovasi.
Tipe-tipe sikap
Ada dua tindakan sikap, yaitu sikap khusus terhadap inovasi dan sikap umum terhadap perubahan. Sikap khusus terhadap inovasi adalah berkenaan atau tidaknya seseorang, percaya atau tidaknya seseorang terhadap kegunaan suatu inovasi bagi dirinya sendiri. Sikap khusus itu menjebatani antara suatu inovasi dengan inovasi lainnya.
Konsistensi sikap dan tingkah laku
Kita harus ingat bahwa terbentuknya sikap tidak otomatis menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk mengadopsi untuk menolak. Namun demikian ada kecenderungan orang untuk lebih menyelaraskan sikap dan tingkah laku. Jika terdapat perbedaan antara sikap seseorang terhadap inovasi dengan keputusan yang di buatnya, maka terjadilah dissonansi inovasi.

II.          Pengertian Keputusan Kolektif.
            Keputusan inovasi kolektif adalah keputusan untuk menerima atau menolak inovasi yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus. Proses ini melibatkan lebih banyak individu. Pengambilan keputusan inovasi kolektif ini prosesnya lebih panjang atau banyak memakan waktu.
Tahap-tahap dalam proses keputusan inovasi kolektif
1)      Stimulasi, merupakan minat ke arah kebutuhan akan ide-ide baru.
2)      Inisiasi, yaitu ide-ide baru ke dalam sistem sosial.
3)      Legitimasi, yaitu ide-ide baru yang ditimbulkan oleh pemegang kekuasaan atau legitimator.
Partisipasi Dalam Keputusan Kolektif
Partisipasi adalah  tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi tersebut berhubungan positif dengan kepuasan mereka terhadap keputusan inovasi kolektif. ini berarti semakin tinggi partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan, semakin besar pula tingkat kepuasan mereka terhadap keputusan.
Anggota sistem sosial lebih puas dengan keputusan kolektif jika mereka merasa terlibat dalam pembuatan keputusan itu karena. Dengan ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, anggota itu mengetahui bahwa sebagian besar anggota dalam sistem juga ingin melaksanakan keputusan itu. Jika seseorang anggota tahu bagaimana dukungan kelompok terhadap keputusan, dia mungkin menjadi lebih puas. Keputusan untuk menerima atau menolak lebih sesuai dengan kebutuhan anggota sistem jika mereka ikut ambil bagian dalam pembuatan keputusan tersebut.
Partisipasi yang luas memungkinkan para pemuka pendapat di dalam sistem dapat menduga apa yang diinginkan oleh sebagian besar anggota terhadap keputusan yang akan di ambil. dengan demikian posisi para pemuka pendapat lebih mantap dan para anggota terdorong untuk mentaati keputusan dengan rasa puas.
Penerimaan Anggota Terhadap Keputusan Inovasi Kolektif
Penerimaan anggota terhadap keputusan inovasi kolektif berhubungan positif dengan tingkat partisipasi mereka, semakin banyak mereka berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan kolektif semakin besar penerimaan mereka terhadap keputusan. Penerimaan anggota terhadap keputusan inovasi kolektif juga berhubungan positif dengan kohesi anggota dengan sistem sosial. Kohesi adalah tingkat keterikatan anggota dengan sistem sosial menurut persepsinya sendiri. Orang yang merasa sangat terikat atau punya ikatan kuat dengan kelompok akan merasa lebih terdorong untuk merubah kepercayaan atau tingkah lakunya jika kelompok menginginkan.
·         Paradigma Proses Pengambilan Keputusan Inovasi Kolektif.
1.      Stimulasi : minat kea rah kebutuhan akan ide-ide baru (oleh stimulator )

2.   Inisiasi : ide-ide baru ke dalam system sosial (oleh inisiator )

3.    Legitimasi : ide baru (oleh pemegang kekuasaan atau legitimator)

4.    Keputusan : untuk melaksanakan penggunaan ide baru (oleh anggota system sosial)

5.    Tindakan : pelaksanaan penerapan ide baru di masyarakat (oleh anggota system sosial.

III.     Pengertian Keputusan Otoritas dan Perubahan Organisasional
Keputusan otoritas adalah keputusan yang dihasilkan oleh organisasi formal misalnya birokrasi pemerintahan, pabrik, sekolah dan sebagainya. Proses ini menyangkut penyebaran suatu inovasi ke dalam suatu organisasi formal yang menyebabkan terjadinya perubahan pada organisasi tersebut.
Keputusan inovasi otoritas adalah tekanan terhdap seseorang oleh orang lain yang berada dalam posisi atasan. Seseorang (unit adopsi) diperintah oleh seseorang yang lebih tinggi kekuasaannya untuk menerima atau menolak inovasi. Di sini seseorang tidak lagi bebas menentukan pilihannya dalam proses keputusan inovasi. Jadi struktur kekuasaan sistem sosial berpengaruh terhadap seseorang agar ia mengikuti keputusan yang telah diambil oleh atasan.
Ada dua macam unit yang terlibat dalam proses keputusan otoritas, yaitu :
1)      unit adopsi, yakni seseorang, kelompok atau unit yang mengadopsi inovasi.
2)      unit pengambil keputusan, yakni seseorang, kelompok atau unit yang posisi kekuasaannya lebih tinngi dari unit adopsi dan yang membuat keputusan akhir apakah unit adopsi harus menerima atau menolak inovasi.
Perbedaan antara keputusan otoritas dengan keputusan opsional dan kolektif yaitu terletak pada pengaruh sistem sosial terhadap anggotanya sebagai individu penerima inovasi. Dalam keputusan opsional hanya sedikit pengaruh sistem sosial etrhadap keputusan seseorang. Dalam keputusan otoritas pengaruh itu sangat besar, melalui struktur kekuasaan.
Ciri-ciri berikut ini membedakan keputusan otoritas dengan bentuk keputusan lainnya :
1)      Seseorang tidak bebas menentukan pilihannya dalam menerima atau menolak inovasi.
2)      Pembuatan keputusan dan pengadopsiannya dilakukan oleh orang atau unit yang berbeda.
3)      Unit pengambil keputusan menduduki posisi kekuasaan lebih tinggi dalam sistem sosial daripada unit adopsi.
4)      Karena hubungan kierarki antara unit pengambil keputusan dengan unit adopsi, unit pengambil keputusan dapat memaksa unit adopsi untuk meenyesuaikan diri dengan keputusan.
5)      Keputusan inovasi otoritas lebih sering terjadi dalam organisasi formal.


Tahap-Tahap Dalam Proses Keputusan Otoritas
a)    Tahap Pengenalan
       Ini merupakan tahap paling penting dalam proses keputusan otoritas. Pada tahap ini pengambil keputusan mengetahui adanya inovasi. Pengenalan terhadap suatu  inovasi itu mungkin karena dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan. Bawahan kemudian menunggu persetujuan resmi dari unit pengambil keputusan. Unit pengambil keputusan juga dapat memperoleh pengetahuan mengenai inovasi dari sumber di luar orgnisasi seperti konsultan yang memainkan peranan yang menentukan dalam membangkitkan kebutuhan untuk berubah dalam sistem formal.
b)   Tahap Persuasi
       Tahap persuasi ditandai dengan pencarian informasi lebih banyak lagi termasuk penilaian terhadap biaya, kelayakan, kemungkinan pelaksanaan, dan sebagainya yang hakikatnya pada tahap ini organisasi sedang mengadakan suatu percobaan hipotetis.
       Jika dapat menaksir lebih tepat konsekuensi-konsekuensi inovasi, maka akan dapat lebih baik dalam memutuskan manakah inovasi yang akan diambil dan mana yang akan dibuang.
c)    Tahap Keputusan
       Setelah unit mengambil keputusan mencari tahu lebih jauh mengenai inovasi itu dan telah menilainya berdasarkan kemamfaatan yang tampak, kelayakannya dan konsekuensi- konsekuensi yang diharapkan, pada tahap ini unit menetapkan untuk menerima atau menolak inovasi itu.
d)   Tahap Komunikasi
       Tahap komunikasi merupakan suatu tahap yang menentukan, karena pengadopsian atau penolakan suatu inovasi tidak dapat dilaksanakan sebelum ada perintah kepada unit adopsi untuk melaksanakannya.
e)    Tahap Tindakan
       Yang dimaksud tindakan dalam hal ini yaitu tahap dimana penggunaan inovasi  mulai dilaksanakan oleh unit adopsi juga merupakan tahap akhir dalam keputusan inovasi otoritas. Pada tahap ini akan tampak jelas konsekuensi yang berupa tingkah laku baik itu menyenangkan maupun mengecewakan.
        Seiring dengan berjalannya waktu, ada kecenderungan seseorang untuk merubah sikap mereka (suka atau tidak suka) yang tidak cocok dengan tindakan yang dituntut oleh organisasi atau melanjutkan pengadopsian atau penolakan inovasi tetapi menyelewengkan atau merubah inovasi itu sedemikian rupa sehingga cocok dengan sikap mereka. Kecenderungan yang terakhir ini seseorang tetap mempertahankan sikapnya semula.
        Pendekatan Dalam Perubahan Organisasional
       Konsekuensi dari keputusan inovasi otoritas adalah terjadinya perubahan-perubahan pada organisasi formal yang bersangkutan, sehingga jika kita ingin mengadakan perubahan organisasional maka hal itu dapat dilakukan dengan mengusahakan masuknya inovasi ke dalam sistem formal itu.
       Terdapat dua pendekatan yang berbeda dalam rangka mencapai perubahan organisasional, yaitu :
1)      Pendekatan otoritatif, di mana keputusan inovasi dibuat oleh penguasa secara sepihak.
2)      Pendekatan partisipatif, di mana terdapat interaksi dua arah antara pihak eksekutif yang memprakarsai perubahan dengan orang-orang yang terkena perubahan. Kekuasaan untuk membuat keputusan dialokasi kepada pihak yang terlibat dalam perubahan organisasional sesuai dengan level dalam struktur organisasi, yang berarti disini ada pendelegasian wewenang, tidak terpusat pada pimpinan tertinggi.


BAB III
PENUTUP
A.      KESUMPULAN
                 Inovasi (innovation) adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
                 Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disin          i bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.


B.       SARAN
                 Dengan adanya makalah ini kami menyarankan kepada pembaca agar dapat mengetahui proses keputusan inovasi dan beberapa macam proses keputusan inovasi secara bertahap, sehingga dapat mengarahkan proses keputusan inovasi dan beberapa macam proses keputusan inovasi secara bertahap. Dan kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari refrensi untuk itu kami memerlukan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA
Rogers M, Everett. 1983. difusi inovasi. New York: The Free Press.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar